Rabu, 26 Januari 2011

Dan Hilang

Isti, seorang gadis berbakat keturunan jawa dan Malaysia. Walau isti seseorang yang kurang mampu, isti tetap bisa membeli semua keperluan sekolahnya melalui karya cerpen yang memang sudah menjadi tumpuan isti untuk berbagi karya dan mendapatkan uang. Karya cerpen yang isti buat, cukup diminati anak – anak remaja yang memang ceritanya menyajikan realita kehidupan anak remaja zaman sekarang.
Isti yang sederhana dan mandiri itu membuat tyo, sang belahan jiwa, setia menemani isti selama 2 tahun. Kesabaran, kalem dan santun pada orang tua, membuat isti semakin sayang pada tyo. Semua kerikil tajam yang menghampiri mereka dapat di lewati dengan mudahnya.
Suatu hari, saat tyo akan menjemput sang kekasih, ban motor andalannya tiba – tiba bocor. Padahal rencana awal, setelah menjemput isti, ia akan mengajak kekasihnya itu untuk melihat dan member semangat pada saat balapan motor seperti biasanya.
Sesampainya di sekolah isti, tyo segera mengabari dan menunggu isti di depan sekolahnya, isti yang pada saat itu sedang asyik dengan dunia maya, cepat – cepat berhenti dan segera meninggalkan tempat favoritnya itu. Isti segera menghampiri dan menyapa tyo dengan manisnya. Tyo segera menjawab, namun dengan ekpresi wajah yang sangat tidak bersemangat. Isti menanyakan perihal tyo yang dating terlambat dan tidak bersemangat itu. Padahal saat tyo menghubungi isti terakhir kali sebelum tyo berangkat menjemput, is masih tertawa cerah ceria.
Tyo menceritakan kejadian yang dialaminya itu. Karena ban motornya yang bocor itu, balapan motor terlambat sekaligus membuat mood tyo untuk balapan itu hilang sama sekali, apalagi niat utama tyo balapan itu, untu sedikit melupakan masalah dengan keluarganya.
Isti tidak tega melihat kekasihnya itu menikmati kekesalan yang di alami. Ia mengajak tyo untuk berkunjung ke rumahnya. Tyo terkejut karena selama 2 tahun pacaran, isti belum pernah mengizinkan tyo untuk dating ke rumahnya, bukan karena larangan orang tua isti, tapi isit tidak ingin terjadi sesuatu yang buruk terjadi pada mereka. Orang tua isti jarang ada di rumah, sibuk berjualan baju di emperan kota. Namun, melihat eajah pacarnya yang sudah kusut itu, ia tidak tega membiarkan tyo pulang dan melamun sepanjang perjalanan.
Sesampainya di rumah isti, tyo segera memarkirkan motornya di depan rumah isti. ternyata benar, rumah isti sepi dan hari itu orang tua isti pulang agak larut malam. Layaknya tamu, tyo di suguhi air minum dan sedikit makanan kecil untuk mengganjal perut karena emosi sesaat. Tyo merasa sangat kacau pada hari itu, ia meminta isti untuk menemaninya menikmati makanan dan minuman yang telah di suguhkan. Setelah agak kenyang, tyo berhenti dan diam, entah setan apa yang merasuki fikiran tyo, ia tiba – tiba memegang tangan dan menyandarkan kepalanya di bahu isti.
Isti merasa risih dengan sikap tyo yang seperti itu, isti coba melepaskna genggaman dan sandaran kepala tyo di bahunya. Namun, tyo malah memeluk isti dengan keuatnya. Isti ridak bias melakukan apapun, karena ia ingin melihat pacarnya itu bias tenang, ia biarkan tyo memeluknya. “Mungkin dengan pelukan ini, penat yang dirasakan oleh tyo bias berkurang” (Fikir isti)
Pelukan tyo mulai terlepas, ia memandang mta isti dengan dalam, wajah tyo mendekat ke wajah isti yang manis itu. Dan satu kecupan sampai di bibir isti. Itu ciuman pertama mereka setelah 2 tahun bersama. Tentunya semua rasa bercampur pada saat itu. Tyo memeluk isti lagi, kemudian ia membisikan sesuatu ke telingan isti “Makasih”.
Tyo dan isti terbawa suasana nafsu. Bibir tyo berjalan ke telinga dan leher isti. Membuat isti melakukan hal yang sama pada tyo. Tyo membuka pakaian isti dengan perlahan, satu persatu hingga membuat lekukan tubuh isti yang indah itu terlihat jelas, lalu ia membuka pakaiannya hingga mereka berdua tidak tertempel satu helai benang pun.
Hal yang tidak di inginkan isti terjadi. Mereka melampiaskan nafsu mereka di ruang tamu rumah isti. Mereka tersadar ketika isti merintih sakit karena darah perawannya keluar. Isti menangis, tyo kemudian memeluk isti dan menutup tubuh isti dengan pakaian. Tyo merasa sangat menyesal melakukan hal itu pada isti, kemudian mereka saling berjanji “Jangan ada yang tinggalin cinta ini, baik aku atau kamu”.
Minggu berikutnya tyo mengajak isti untuk melihat dan memberinya semangat pada saat tyo balapan. Namun, isti merasa ada yang ganjil pada saat itu, sesuatu yang akan terjadi (Gumam isti dalam hati). Isti coba melarang, tapi keinginan tyo yang tertunda karenaban motor yang bocor membuat feeling isti terkalahkan.
Putaran demi putaran tyo lalui dengan lancar. Namun pada putaran yang ke – 7. Tyo terjatuh. Ia terhempas ke batas lintasan. Isti terhenyak, ia segera menghampiri tyo dan menghubungi paramedic.
Dua jam lebih tyo di kamar UGD. Dokter keluar, orang tua tyo, orang tua isti, teman tyo, dan isti tegang menatap sikap dokter yang putus asa. “Maaf, tyo sudah tidak bersama kita lagi” (Dokter berkata).
Isti terkaget, lemas, tidak percaya dengan apa yang telah terjadi pada belahan jiwanya itu. Ibunda tyo histeris, teman – tema tyo diam, dan orang tua isti coba menenangkan anaknya yang mulai tak sadarkan diri. Janji yang tyo dan isti ikrarkan musnah semua di telan takdir, menharuskan tyo pergi untuk selamanya.
Setelah kepergian tyo, isti selalu menyendiri, pendiam, nafsu makan berkurang dan yang paling parah, ia tidak meneruskan karya – karyanya. Karena objek inspirasi dan penyemangat dirinya telah pergi tinggalkan ia selamanya.
Sikap isti yang berubah drastis itu, membuat dirinya semakin terpuruk dan stress. Seringkali ia tidak sadarkan dirinya dengan apa yang ada di sekitarnya, terkadang ia hamper celaka karena fikirannya yang selalu kosong itu. Sahabat dan orang tua isti coba menghibur. Namun, tak ada perubahan sedikitpun dalam diri isti.
Hari demi hari hidup isti menjadi sangat kacau, ia mengurung diri di kamarnya. Merasa hilang semua yang telah ia miliki, keperawannya dan cinta sejati. Kondisi ini membuat isti jatuh sakit dan kemudian menyusul tyo. Cinta mereka bertemu dan abadi di tempat yang berbeda.

Hanya Kembang Rumput

Bunga yang indah tetapi luput dari perhatian banyak orang, karena harus bersaing dengan indahnya tulip dan krisan warna-warni. Aku menatap jalanan yang dipenuhi oleh rumput ilalang dari balik jendela kamarku. Mataku tertumbuk pada sebuah kembang rumput putih kelabu di halaman depan. Disekitarnya terdapat aneka puspa yang tumbuh berjejer ditepian pagar. Ada mawar merah, tulip, juga krisan warna-warni. Sungguh! Puspa putih kelabu itu tak ubahnya diriku. Si kembang rumput yang selalu menarik diri setiap ada pertemuan-pertemuan keluarga. Sikembang rumput yang selalu menjadi nomor kesekian untuk didahulukan kepentingannya.
Besar dan tumbuh dengan kepercayaan diri yang rendah, karena selalu disbanding–bandingkan dengan kedua saudaranya. Namun, dia tetap menyayangi mereka, meski telah bertahun – tahun bersikap tak adil padanya. Kakaknya Desy semasa hidupnya tak pernah bosan mengukir prestasi. Tak heran bila sederet piala berjejer rapi di lemari kayu jati. Dikampus selain terkenal karena kecantikannya, juga ternama karena kepopulerannya. Desy yang begitu dibanggakan, sedari dulu sudah tertarik menekuni dunia bisnis, hingga mengambil jurusan bisnis manajement saat kuliah. Tak heran setelah Desy menamatkan S1nya, perusahaan keluarga dipercayakan untuk dikelola olehnya. Sedangkan adikku Rika, tak jauh berbeda dengan Desy. Selalu menjadi nomor satu disekolah, juga dalam setiap kegiatan yang diikutinya Hingga Rika berhasil masuk STAN dengan menjalani serangkaian tes tanpa kesulitan yang berarti. Sedangkan aku si anak tengah, memiliki wajah standar--karena kulitku tak seputih kedua saudaraku—juga dengan hidung yang tak bangir seperti Desy.
Disamping itu, tak satupun medali pernah kuraih. Bahkan prestasiku disekolah juga biasa-biasa saja. Paling tinggi hanya masuk sepuluh besar. Setelah tamat sarjana, aku sudah cukup puas menjadi seorang guru di sebuah SDIT swasta. Yah, diantara ketiga puspa, aku hanyalah sebuah kembang rumput bagi keluargaku. Yang tak pernah dilirik karena berpredikat biasa-biasa saja. Aku masih terpesona dengan pemandangan alam didepanku. Ketika langit mulai memamerkan warna lembayung. “Kamu mau apa lagi Des? tanya Ibu penuh perhatian. Sedangkan aku hanya diam sambil menatap cemburu barang belanjaan Desy yang sudah terisi dua keranjang penuh. Sementara sedari tadi Ibu tak jua menanyakan barang apa yang kumau. “Desy capek yah? Ayo ganti baju dulu! Ibu udah masakin makanan kesukaanmu,” Ibu menyambut anak emasnya yang baru pulang sekolah dengan antusias dan penuh kasih sayang. Dengan hati pedih karena tak ditanyai, dia memutuskan segera masuk kamar untuk ganti baju. Meski dirinya juga diserang rasa lelah dan lapar. Tapi, siapa yang hendak perduli? Sedari kecil, dia sudah belajar mengatasi semuanya sendiri. Memang, Desy baru mau makan bila dimeja makan terhidang aneka lauk yang lezat terlebih dulu.
Disamping Ibu tak pernah mengijinkannya mengambil sendiri ke dapur. Tapi tidak berlaku untukku. Bila aku lapar, maka aku akan menyendokkan nasi kepiringku, dan mencomot lauk di lemari dapur tanpa menunggu semuanya terhidangkan, karena memang ibu tak pernah melakukan itu untukku. Aku berusaha untuk menepis rasa iri dan kecewa dihatiku. Bagiku, yang penting perut segera terisi. Tak perduli lauk apa pun yang dijatah untukku. Sedangkan Rika masih sangat kecil waktu itu. Hingga perbedaan perhatian yang diberikan antara aku dan Desy terasa begitu jauh mencolok. Kenangan masa kecil yang masih mengendap dalam memoriku. Kenangan betapa Ibu lebih mengistimewakan Desy dibanding diriku. Sampai kapankah aku menjadi second person di rumah ini? jerit batinku yang teraniaya tanpa daya. Maghrib sebentar lagi akan datang. Aku segera menutup gorden jendela kamarku.Dan bergegas ke kamar mandi untuk segera berwudu’, saat kudengar suara azan berkumandang dari mesjid yang ada di komplek perumahan. Lalu kembali kekamarku untuk menunaikan solat tiga rakaat seperti biasanya. Ketika melewati ruang tamu, kulihat Desy sedang asyik menonton televisi. Sementara Rika belum juga keluar dari kamarnya.
Sedangkan Ayah dan Ibu belum pulang dari dikantor. “Kak, solat bareng yuk!” ajakku lembut. “Kamu solat aja duluan. Kakak sedang menunggu Mike!”jawabnya tak acuh. Matanya masih terpaku didepan TV. Aku hanya bisa menahan nafas galau melihatnya. Mengapa kedua orangtuaku tak pernah risau mendapati kedua anaknya yang cantik-cantik dan hebat ini meninggalkan solat dengan enteng begitu saja? Seolah-olah prestasi yang mereka raih tak perlu mereka syukuri di hadapan Ilahi. Namun, dia hanya bisa mengingatkan. Tak bisa lebih dari itu, karena statusnya yang dianggap hanya anak bawang. Dia juga tak bisa melupakan jawaban yang melecehkan saat pertama kali mengajak Kakaknya Desy dan adiknya Rika untuk memakai jilbab. “Akh, kampungan!” jawab Desy ketus. “Iya. Rika juga emoh pakai kerudung kayak Kak Ana. Udah gak modis, gerah lagi ngeliatnya.” Akupun tak berkutik mendengar jawaban mereka yang penuh dengan cibiran.Aku segera masuk kekamar untuk menunaikan solat maghrib yang waktunya sangat singkat. Menghadap Allah untuk mengadukan segala gundah yang kurasakan. Hingga jiwaku merasa sangat tenang dan damai. Mengucap syukur pada Tuhan dengan segala nikmat yang sudah kudapat. Tak tersisa lagi rasa kecewa seperti dulu, setelah aku menyerahkan semua urusanku pada-Nya. Kecewa karena selalu dianggap sebelah mata oleh Ibu, Desy, dan Rika. Hanya Ayah yang tak pernah memberikan perlakuan yang berbeda padaku. Bahkan, tak hanya sekali Ayah memprotes sikap Ibu yang selalu menunjukkan kasih sayang dan perhatian yang berbeda padanya. “Bu, kenapa cuma Desy yang dibeliin mainan? Memangnya, anaknya cuma satu? ayah bertanya dengan nada tak suka. “Aduh pak, Ibu lupa! Habis tadi niatnya bukan mau beli mainan,” jawab ibunya tanpa merasa bersalah. Padahal Ana tahu, Ibu hanya mencari pembenaran atas sikapnya di depan ayah. Bukan satu kali ini saja Ibu lupa padanya. Mungkin puluhan kali. Setiap Ibu pulang dari bepergian, Desylah yang selalu diingat oleh Ibu.
Sampai-sampai dia pernah berpikir kalau dirinya bukanlah anak kandung Ibu. Kenangan masa kecilnya yang pahit kembali berkelebat. Dia harus berusaha untuk tak mengingatnya lagi. Sebab hanya membuat hati semakin luka. Biarlah luka itu mengering seiring berjalannya waktu. Dia tak ingin memperlebarnya lagi. Karena sudah susah payah menyembuhkannya dari hari-kehari. Aku segera mengambil kitab Suci, dan mulai membacanya dengan sepenuh hati sambil menunggu waktu solat isya datang. Ditengah melantunkan ayat-ayat Allah, tiba-tiba bunyi bel dari ruang depan terdengar cukup nyaring. Pastilah itu Mike. Lelaki yang sudah berhasil dibuat klepek-klepek oleh kecantikan dan kepintaran Desy. Dan aku sikembang rumput ini, tak punya nyali untuk sekedar mengagumi lelaki setampan dan setajir Mike. Apalagi berharap untuk menjadi istrinya. Meski hatinya berdenyar bila lelaki itu menatap dan menyapanya, dengan senyumnya yang mampu membuat gadis manapun tertawan. Ana merapikan mukenanya dengan hati yang lebih bahagia dari biasanya. Tiba-tiba rasa optimis menyerangnya. Optimis bahwa hidupnya akan berjalan lebih baik dari kemarin-kemarin, karena Allah kini menjadi sandaran hidupnya. Sebaik-baiknya sandaran buat manusia. Baginya lebih baik hina dimata manusia, daripada hina dimata Allah. “Ana mana? Dari tadi aku gak ngeliat dia.” “Ada dikamarnya. [Type a quote from the document or the summary of an interesting point. You can position the text box anywhere in the document. Use the Text Box Tools tab to change the formatting of the pull quote text box.]
” “Ohhh…” “Tumben kamu nanyain si Ana.” “Emangnya salah?” “Emang gak salah sih Mike. Cuma, gak biasanya kamu perduli sama orang yang gak penting seperti Ana,”jawab Desy. “Loh Des, Ana kan adikmu. Wajar kalau aku menanyakan kabarnya, sebab kalian kan masih saudara.” Mike sedikit heran melihat perubahan wajah Desy yang menunjukkan ketidaksukaannya pada Ana. Sementara dari dalam kamar, Ana mendengar Desy berbicara dengan Mike secara samar-samar.
Tapi dia tak tahu pasti apa saja yang mereka bicarakan, karena kamarnya agak jauh dari ruang tamu. Akh…Betapa keberuntungan selalu menyertai orang secantik dan sehebat Desy, Ana membatin. Lelaki yang setiap ada waktu selalu datang kerumahnya, ditengah kesibukannya yang seabrek sebagai pengusaha sekaligus dosen senior di kampus kakak tertuanya itu. Mungkin tepatnya selalu punya waktu untuk Desy. Hingga keluarga besarnya merasa tak asing lagi dengan kehadiran Mike, termasuk ayah dan ibunya. Mungkin karena pembawaannya yang ramah dan mudah akrab. Aku melanjutkan aktifitasku dengan memeriksa hasil ulangan yang dikerjakan oleh anak didikku siang tadi. Dengan seksama dia mengoreksinya satu-persatu. Hampir satu jam dia berkutat dengan setumpuk kertas yang coba ia beri nilai dengan pantas. Setelah semuanya ia bereskan tanpa kendala, dirinya pun diserang rasa mengantuk yang amat sangat.

Jumat, 09 Juli 2010

'''Sebuah Perasaan'''

Mungkin, sebuah perasaan aku ini memang bukan yang terbaik buat dirimu...
aku tidak bisa menjadi seseorang yang kamu inginkan, tapi percayalah pada raga ini, bahwa aku ini telah berusaha untuk jadi yang terbaik untukmu..

sesungguhnya, cinta bukan awal dari kebahagiaan atau pun penderitaan, namun awal dari sebuah kisah yang penuh teka - teki dan jebakan...

cinta??
adalah sebuah misteri dalam kehidupan ini, bisa di rasakan namun tidak bisa di terjemahkan oleh kata - kata...
cinta pun tidak bisa di temukan dalam ilmu pengetahuan, buku - buku dan tidak bisa di pelajari karena cinta itu datang dengan sebuah kepercayaan dan keyakinan untuk mendapatkan dan membahagiakan orang yang kita sayangi...

bukan rasa yang ada dalam cinta, bukan raga yang tertarik dalam cinta, tapi jiwa ini dan hati ini yang merasakan cinta yang sesungguhnya...

seiring waktu, cinta akan hadir dengan berbagai pendekatannya, apa itu di sengaja atau tidak di sengaja..

betapa inginnya kita memiliki cinta yang utuh dan membahagiakan kehidupan kita...
namun setiap pijak langkah kita dalam cinta, selalu terekam dengan sangat akurat..

kebohongan..
kebodohan..
kepercayaan...
penghioanatan,...
pengorbanan..
perhatian..
dan yang lainnya, selalu ada dalam cinta...
ada dalam kehidupan kita..


sangat mudah kita bisa mencitai orang..
tapi akan kah sangat mudah kita melupakan seseorang??
bukan karya yang ada dalam cinta, bukan hanya pengorbanan dan kepercayaan yang akan menjamin cinta itu utuh...

semua teka - teki cinta itu sangat sulit untuk kita tebak, untuk kita terka dan untuk kita terjemahkan di alam nyata ini...

cinta memang ada, namun perjalannya seperti virus yang akan merasuk ke dalam jiwa raga seseorang, baik muda atau pun tua...

memang sakit jika kita di tinggalkan oleh orang yang kita cintai..
begitu dalam rasa sakit itu, namun kita tidak bisa melihat, apa yang tersakiti, tapi kita hanya bisa merasakannya..
penyembuhan karena cinta tidaklah mudah dan secepat kilat yang menyambar dunia...

entah, sampai kapan perjalan cinta itu berakhir di dunia ini..
entah sampai kapan banyak orang yang berkorban karena cinta>???

takkan ada habisnya jika kita membicarakan cinta..
karena cinta itu misteri..
semua orang mempunyai arti dalam cina mereka...

tapi percayalah..
tanpa cinta hidup kita takkan ada artinya...

Jumat, 18 Juni 2010

Resensi "Pangeran Bersepedah"

Novel yang di ambil dari kisah nyata teman – teman dan sahabat serta saya sendiri dalam hubungan cinta dan kehidupan. Namun novel ini juga tidak semua di ambil dari kisah nyata namun sedikit di ambil dari imajinasi saya.
Novel ini berkisahkan tentang perjuangan hidup suci yang penuh dengan rintangan dan kekurangan kasih sayang dari kedua orang tuanya, hanya materi yang perhatian dengan suci. Dia seorang anak satu – satunya yang selalu di tinggal kerja oleh kedua orang tuanya dari kecil hingga sekarang, dia hanya bisa melihat kedua orang tuanya berda di rumah, itu pun tidak harmonis akan tetapi selalu berantem. Namun suci tetap tegar dan terus percaya diri dengan semua yang terjadi di hidupnya. Dan juga suci mempunyai sahabat yang sangat setia kepadanya. Mereka semua sudah seperti keluarga sendiri meski baru kenal waktu kelas 1 SMA. Namun bagai telah kenal lama.
Hingga suatu saat suci bertemu dengan doni di sebuah bioskop saat lagi mengantri membeli tiket, namun itu hanya pertemuan sesaat. Dan setelah beberap hari, suci pun bertemu dengan doni kembali di sebuah cafĂ© tongkrongan suci dan teman – temannya, disitu mereka mulai akrab dan akhirnya berteman.
Pada waktu suci berada dalam keterpurukan yang sangat dahsyat, doni datang dengan sebuah bunga mawar dan dengan mengendarai sepedah, di guyur air hujan yang pada waktu itu hujan deras. Pada waktu itu juga, doni menyatakan cinta pada suci dengan sangat dalam, suci pun tersenyum namun tidak langsung menjawab ajakan doni untuk menjadi pacarnya. Doni pu memberikan waktu pada suci untuk memikirkannya. Setelah beberapa hari, doni kembali datang denagn mawar dan sepedahnya, lalu suci pun menjawab bahwa dia menerima doni untuk menjadi pacarnya.
Di situlah awal bahagia suci, saat dia tertabrak dan berada di rumah sakit, sebuah anugrah datang kepada suci, kini kedua orang tua suci pun sadar dan kembali membahagiakan dan perhatian pada suci, hidup suci pun menjadi sempurna dengan kedua orang tua yang sangat perhatian dan di dampingi oleh doni sang pangeran bersepedahnya.
Mereka mempunyai sebuah masalah, doni menghianati janji – janjinya, namun suci tidak begitu percaya dengan apa yang terjabdi, hingga suci melihat dengan mata kepala sendiri. Suci tidak percaya dengan apa yang dia lihat, namun itu adalah kenyataan yang terjadi.
Hingga akhirnya suci meninggal di kecelakaan pesawat dari jepang menuju Indonesia, pesawat yang di naiki suci terjatuh dan semua penumpang dan waka kapalnya meninggal, setelah kejadian itu, soni menyesali sikapnya pada suci, doni murung di kamarnya dan tidak mau makan sedikitpun, doni pun diam di makam suci, hujan dengan angin yang sangat besar dan petir datang malam itu, namun doni tidak mau beranjak, hingga harinya doni pun telah tiada dan menyusul suci ke surga.

Aku Telah Mendapatkan Kekasihku...

Kini….. ku telah mendapatkan kekasihku
Kau… Kekasihku
Bersamamu… hari – hariku terasa lebih indah
Terasa lebih berarti…
Bersamamu…. Tiada hari tanpa senyuman
Tiada hari tanpa canda dan tawa
Senyummu hangatkan jiwaku
Bahagiamu juga bahagiaku
Jujurku ungkapkan padamu
Rindu ini hanya milikmu
Cintamu dapat membuat aku tersenyum
Di kala aku lelah dan di kala aku sedih
Jika dulu ku tak mendapatkanmu
Ku tak tau apa yang akan terjadi
Tapi kini kenyataan takdir berkata lain
Kini kau telah ku dapatkan
Ku begitu mencintai dan menyayangimu
Apakah di sana kaupun begitu padaku….????
Ku harap….
Kaupun merasakan apa yang aku rasakan…

Akhir Cerita Ini

Kamu yang hidup dalam hatiku
Mengalir menjadi darahku
Berakar dalam denyut nadiku…

Membahagiakan….
Menggelisahkan….

Bahkan tubuh yang sempurna
Yang aku punya…
Bukan kata – kata yang tidak aku punya…

Tak bisa aku lihat
Dari tampakku…

Rasakanlah di dalam hatimu…
Mencintaimu, aku sekali lagi..
Menyayangimu berkali – kali…
Mengharapmu hingga ribuan kali….

Tak dapat aku baca
Apa jawabanmu…
Dari apa yang telah aku lakukan…

Berharap ataukah meninggalkanmu
Semua tak akan aku mengerti
Akankah seperti apa akhir cerita ini…


“Kamu tau aku yang menjawabnya…..”

Selasa, 18 Mei 2010

Apakah ini???

Bagai pucuk yang akan terbang di dahan kering yang akan patah...
terngiang semua tabuhan ombak yang sangat besar menghantam batu karang yang sangat tajam...
memilih semua yang pasti dan tidak pasti, menerka semua yang akan terjadi dalam hidup ini...

hanya 1 pilihan yang akan aku pilih di dalam alam dunia ini...
karena hidup adalah pilihan,ambil semua resiko yang akan terjadi nanti setelah aku memilih antara kamu dan dia...

mungkin kini aku telah mengulang lagi membuat wanita yang indah tersakiti hatinya...
aku tidak mengerti apa yang aku rasakan ini???

tapi percayalah semua yang aku lakuakn adalah yang terbaik buat kita bertiga!!!